Quran Terjemahan Kemenag RI
ḥā mīm
Ḥā Mīm.
‘Aīn sīn qāf
Aīn Sīn Qāf.
każālika yụḥī ilaika wa ilallażīna ming qablikallāhul-‘azīzul-ḥakīm
Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana mewahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada orang-orang yang sebelummu.
lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm
Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Mahaagung, Mahabesar.
takādus-samāwātu yatafaṭṭarna min fauqihinna wal-malā`ikatu yusabbiḥụna biḥamdi rabbihim wa yastagfirụna liman fil-arḍ, alā innallāha huwal-gafụrur-raḥīm
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
wallażīnattakhażụ min dụnihī auliyā`allāhu ḥafīẓun ‘alaihim wa mā anta ‘alaihim biwakīl
Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain-Nya, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; adapun engkau (Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.
wa każālika auḥainā ilaika qur`ānan ‘arabiyyal litunżira ummal-qurā wa man ḥaulahā wa tunżira yaumal-jam’i lā raiba fīh, farīqun fil-jannati wa farīqun fis-sa’īr
Dan demikianlah Kami wahyukan Alquran kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibukota (Mekkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
walau syā`allāhu laja’alahum ummataw wāḥidataw wa lākiy yudkhilu might yasyā`u fī raḥmatih, waẓ-ẓālimụna mā lahum miw waliyyiw wa lā naṣīr
Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong.
amittakhażụ min dụnihī auliyā`, fallāhu huwal-waliyyu wa huwa yuḥyil-mautā wa huwa ‘alā kulli syai`ing qadīr
Atau mereka mengambil pelindung-pelindung selain Dia? Padahal Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya). Dan Dia menghidupkan orang yang mati, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
wa makhtalaftum fīhi min syai`in fa ḥukmuhū ilallāh, żālikumullāhu rabbī ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb
Dan apa pun yang kamu perselisihkan padanya tentang sesuatu, keputusannya (terserah) kepada Allah. (Yang memiliki sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya aku kembali.
fāṭirus-samāwāti wal-arḍ, ja’ala lakum min anfusikum azwājaw wa minal-an’āmi azwājā, yażra`ukum fīh, laisa kamiṡlihī syaī`, wa huwas-samī’ul-baṣīr
(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.
lahụ maqālīdus-samāwāti wal-arḍ, yabsuṭur-rizqa limay yasyā`u wa yaqdir, innahụ bikulli syai`in ‘alīm
Milik-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
syara’a lakum minad-dīni mā waṣṣā bihī nụḥaw wallażī auḥainā ilaika wa mā waṣṣainā bihī ibrāhīma wa mụsā wa ‘īsā an aqīmud-dīna wa lā tatafarraqụ fīh, kabura ‘alal-musyrikīna mā tad’ụhum ilaīh, allāhu yajtabī ilaihi might yasyā`u wa yahdī ilaihi might yunīb
Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).
wa mā tafarraqū illā mim ba’di mā jā`ahumul-‘ilmu bagyam bainahum, walau lā kalimatun sabaqat mir rabbika ilā ajalim musammal laquḍiya bainahum, wa innallażīna ụriṡul-kitāba mim ba’dihim lafī syakkim min-hu murīb
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi), karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Alquran) itu.
fa liżālika fad’, wastaqim kamā umirt, wa lā tattabi’ ahwā`ahum, wa qul āmantu bimā anzalallāhu ming kitāb, wa umirtu li`a’dila bainakum, allāhu rabbunā wa rabbukum, lanā a’mālunā wa lakum a’mālukum, lā ḥujjata bainanā wa bainakum, allāhu yajma’u bainanā, wa ilaihil-maṣīr
Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.”
wallażīna yuḥājjụna fillāhi mim ba’di mastujība lahụ ḥujjatuhum dāḥiḍatun ‘inda rabbihim wa ‘alaihim gaḍabuw wa lahum ‘ażābun syadīd
Dan orang-orang yang berbantah-bantah tentang (agama) Allah setelah (agama itu) diterima, perbantahan mereka itu sia-sia di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan mereka mendapat azab yang sangat keras.
allāhullażī anzalal-kitāba bil-ḥaqqi wal mīzān, wa mā yudrīka la’allas-sā’ata qarīb
Allah yang menurunkan kitab (Alquran) dengan (membawa) kebenaran dan neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat?
yasta’jilu bihallażīna lā yu`minụna bihā, wallażīna āmanụ musyfiqụna min-hā wa ya’lamụna annahal-ḥaqq, alā innallażīna yumārụna fis-sā’ati lafī ḍalālim ba’īd
Orang-orang yang tidak percaya adanya hari Kiamat meminta agar hari itu segera terjadi, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu benar-benar telah tersesat jauh.
allāhu laṭīfum bi’ibādihī yarzuqu might yasyā`, wa huwal-qawiyyul-‘azīz
Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia Mahakuat, Mahaperkasa.
mang kāna yurīdu ḥarṡal-ākhirati nazid lahụ fī ḥarṡih, wa mang kāna yurīdu ḥarṡad-dun-yā nu`tihī min-hā wa mā lahụ fil-ākhirati min naṣīb
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.
am lahum syurakā`u syara’ụ lahum minad-dīni mā lam ya`żam bihillāh, walau lā kalimatul-faṣli laquḍiya bainahum, wa innaẓ-ẓālimīna lahum ‘ażābun alīm
Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan mendapatkan azab yang sangat pedih.
taraẓ-ẓālimīna musyfiqīna mimmā kasabụ wa huwa wāqi’um bihim, wallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti fī rauḍātil-jannāt, lahum mā yasyā`ụna ‘inda rabbihim, żālika huwal-faḍlul-kabīr
Kamu akan melihat orang-orang zalim itu sangat ketakutan karena (kejahatan-kejahatan) yang telah mereka lakukan, dan (azab) menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
żālikallażī yubasysyirullāhu ‘ibādahullażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāt, qul lā as`alukum ‘alaihi ajran illal-mawaddata fil-qurbā, wa might yaqtarif ḥasanatan nazid lahụ fīhā ḥusnā, innallāha gafụrun syakụr
Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
am yaqụlụnaftarā ‘alallāhi każibā, fa iy yasya`illāhu yakhtim ‘alā qalbik, wa yam-ḥullāhul-bāṭila wa yuḥiqqul-ḥaqqa bikalimātih, innahụ ‘alīmum biżātiṣ-ṣudụr
Ataukah mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakan kebohongan tentang Allah.” Sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia kunci hatimu. Dan Allah menghapus yang batil dan membenarkan yang benar dengan firman-Nya (Alquran). Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
wa huwallażī yaqbalut-taubata ‘an ‘ibādihī wa ya’fụ ‘anis-sayyi`āti wa ya’lamu mā taf’alụn
Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,
wa yastajībullażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa yazīduhum min faḍlih, wal-kāfirụna lahum ‘ażābun syadīd
dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang yang ingkar akan mendapat azab yang sangat keras.
walau basaṭallāhur-rizqa li’ibādihī labagau fil-arḍi wa lākiy yunazzilu biqadarim mā yasyā`, innahụ bi’ibādihī khabīrum baṣīr
Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.
wa huwallażī yunazzilul-gaiṡa mim ba’di mā qanaṭụ wa yansyuru raḥmatah, wa huwal-waliyyul-ḥamīd
Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.
wa min āyātihī khalqus-samāwāti wal-arḍi wa mā baṡṡa fīhimā min dābbah, wa huwa ‘alā jam’ihim iżā yasyā`u qadīr
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi dan makhluk-makhluk melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila Dia kehendaki.
wa mā aṣābakum mim muṣībatin fa bimā kasabat aidīkum wa ya’fụ ‘ang kaṡīr
Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
wa mā antum bimu’jizīna fil-arḍ, wa mā lakum min dụnillāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr
Dan Kamu tidak dapat melepaskan diri (dari siksaan Allah) di bumi, dan kamu tidak memperoleh pelindung atau penolong selain Allah.
wa min āyātihil-jawāri fil-baḥri kal-a’lām
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.
iy yasya` yuskinir-rīḥa fa yaẓlalna rawākida ‘alā ẓahrih, inna fī żālika la`āyātil likulli ṣabbārin syakụr
Jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah (kapal-kapal) itu terhenti di permukaan laut. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur,
au yụbiq-hunna bimā kasabụ wa ya’fu ‘ang kaṡīr
atau (Dia akan) menghancurkan kapal-kapal itu karena perbuatan (dosa) mereka, dan Dia memaafkan banyak (dari mereka),
wa ya’lamallażīna yujādilụna fī āyātinā, mā lahum mim maḥīṣ
dan agar orang-orang yang membantah tanda-tanda (kekuasaan) Kami mengetahui bahwa mereka tidak akan memperoleh jalan ke luar (dari siksaan).
fa mā ụtītum min syai`in fa matā’ul-ḥayātid-dun-yā, wa mā ‘indallāhi khairuw wa abqā lillażīna āmanụ wa ‘alā rabbihim yatawakkalụn
Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,
wallażīna yajtanibụna kabā`iral-iṡmi wal-fawāḥisya wa iżā mā gaḍibụ hum yagfirụn
dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf,
wallażīnastajābụ lirabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa amruhum syụrā bainahum wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
wallażīna iżā aṣābahumul-bagyu hum yantaṣirụn
dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.
wa jazā`u sayyi`atin sayyi`atum miṡluhā, fa man ‘afā wa aṣlaḥa fa ajruhụ ‘alallāh, innahụ lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.
wa lamanintaṣara ba’da ẓulmihī fa ulā`ika mā ‘alaihim min sabīl
Tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka.
innamas-sabīlu ‘alallażīna yaẓlimụnan-nāsa wa yabgụna fil-arḍi bigairil-ḥaqq, ulā`ika lahum ‘ażābun alīm
Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksaan yang pedih.
wa laman ṣabara wa gafara inna żālika lamin ‘azmil-umụr
Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.
wa might yuḍlilillāhu fa mā lahụ miw waliyyim mim ba’dih, wa taraẓ-ẓālimīna lammā ra`awul-‘ażāba yaqụlụna hal ilā maraddim min sabīl
Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada baginya pelindung setelah itu. Kamu akan melihat orang-orang zalim ketika mereka melihat azab berkata, “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?”
wa tarāhum yu’raḍụna ‘alaihā khāsyi’īna minaż-żulli yanẓurụna min ṭarfin khafiyy, wa qālallażīna āmanū innal-khāsirīnallażīna khasirū anfusahum wa ahlīhim yaumal-qiyāmah, alā innaẓ-ẓālimīna fī ‘ażābim muqīm
Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tertunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.” Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal.
wa mā kāna lahum min auliyā`a yanṣurụnahum min dụnillāh, wa might yuḍlilillāhu fa mā lahụ min sabīl
Dan mereka tidak akan mempunyai pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah tidak akan ada jalan keluar baginya (untuk mendapat petunjuk).
istajībụ lirabbikum ming qabli ay ya`tiya yaumul lā maradda lahụ minallāh, mā lakum mim malja`iy yauma`iżiw wa mā lakum min nakīr
Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (atas perintah dari Allah). Pada hari itu kamu tidak memperoleh tempat berlindung dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
fa in a’raḍụ fa mā arsalnāka ‘alaihim ḥafīẓā, in ‘alaika illal-balāg, wa innā iżā ażaqnal-insāna minnā raḥmatan fariḥa bihā, wa in tuṣib-hum sayyi`atum bimā qaddamat aidīhim fa innal-insāna kafụr
Jika mereka berpaling, maka (ingatlah) Kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Dan sungguh, apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, dia menyambutnya dengan gembira; tetapi jika mereka ditimpa kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar), sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat).
lillahi mulkus-samāwāti wal-arḍ, yakhluqu mā yasyā`, yahabu limay yasyā`u ināṡaw wa yahabu limay yasyā`uż-żukụr
Milik Allah lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,
au yuzawwijuhum żukrānaw wa ināṡā, wa yaj’alu might yasyā`u ‘aqīmā, innahụ ‘alīmung qadīr
atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.
wa mā kāna libasyarin ay yukallimahullāhu illā waḥyan au miw warā`i ḥijābin au yursila rasụlan fa yụḥiya bi`iżnihī mā yasyā`, innahụ ‘aliyyun ḥakīm
Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi, Mahabijaksana.
wa każālika auḥainā ilaika rụḥam min amrinā, mā kunta tadrī mal-kitābu wa lal-īmānu wa lākin ja’alnāhu nụran nahdī bihī man nasyā`u min ‘ibādinā, wa innaka latahdī ilā ṣirāṭim mustaqīm
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) rūh (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Alquran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Alquran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk pada siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,
ṣirāṭillāhillażī lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, alā ilallāhi taṣīrul-umụr
(Yaitu) jalan Allah yang milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, segala urusan kembali kepada Allah.
It is derived frog the sentence, wa amru-hum shura baina hum, of verse 38, implying thereby that it is a Surah in which the word shura has occurred.
Although it could not be known from any authentic traditions, yet one feels after a study of its subject matter that this Surah might have been sent down consecutively after Ha-Miim As Sajdah, for it seems to be, in a way, a supplement to it. This will become clear to every person who first studies Surah Ha-Mim As Sajdah carefully and then goes through this Surah. He will see that in that Surah the Quraish chiefs had been taken to tack for their deaf and blind opposition so that anyone in Makkah and in its out-skirts, who had any sense of morality and nobility left in him, should know how unreasonably the chiefs of the people were opposing Muhammad (upon whom be Allah’s peace), and as against them, how serious he was in everything he said, how rational was his standpoint and how noble his character and conduct. Immediately after that warning this Surah was sent down, which did full justice to teaching and instruction, and made the truth of the Holy Prophet’s message plain in
such an impressive way that anyone who had any element of the love of the truth in him and who had not been blinded by the errors of ignorance, could not help being influenced by it.
The discourse begins in a way as if to say:”Why are you expressing surprise and amazement at what Our Prophet is presenting before you?What he says is not new or strange, nor anything novel, which might have been presented for the first time in history: that Revelation should come down to a man from God and he should be given instructions for the guidance of mankind. Allah has been sending similar Revelations with similar instructions to the former Prophets before this. It is not surprising that the Owner of the Universe should be acknowledged as Deity and Ruler, but what is strange is that one should accept another as divine and deity in spite of being His subject and slave. You are being angry with him who is presenting Tauhid before you, where as the shirk that you are practicing with regard to the Master of the Universe is such a grave crime as may cause the heavens to break asunder. The angels are amazed at this boldness of yours and fear that the wrath of Allah might
descend on you any moment.”
After this the people have been told that a person’s being appointed to Prophethood and his presenting himself as a Prophet does not mean that he has been made master of the people’s destinies and he has come to the world with that very claim. Allah has kept the destinies in His own hand. The Prophet has come only to arouse the heedless and guide the strayed ones to the Right Path. To call to account those who do not listen to him and to punish or not to punish them is Allah’s own responsibility. and not part of the Prophet’s work. Therefore, they should take it out of their head that the Prophet has come with a claim similar to those that are made by their so called religious guides and saints to the effect that he who would not listen to them, or would behave insolently towards them, would be burnt to death: In this very connection, the people have also been told that the Prophet has not come to condemn them but he is their well wisher; he is warning them that the way they are
following will only lead to their own destruction.
Then, an answer has been given to the question: Why didn’t Allah make all human beings righteous by birth, and why did He allow the difference of viewpoint owing to which the people start following each and every way of thought and action?The answer given is this: Owing to this very fact has it become possible for man to attain to the special mercy of Allah, which is not meant for other dumb creatures, but is only meant for those endowed with power and authority, who should take Allah as Patron and Guardian not instinctively but consciously by willing choice. Allah supports the man who adopts this way and guides and helps him to do good and right and admits him into His special mercy. On the contrary, the man who misuses his option and makes his patron those who are not, in fact, the guardians, and cannot be, are deprived of divine mercy. In this connection, it has also been made clear that only Allah is the Patron of man and of all other creatures. Others are neither the patron
nor have the power to do full justice to patronage. Man’s success depends only on this that he should make no mistake in choosing a patron for himself by the use of his free choice, and should take only Him his Guide Who, in reality, is the real Patron.
After this, it has been explained what the Din being presented by the Holy Prophet Muhammad (upon whom be Allah’s peace) really is:
Its primary basis that as Allah Almighty is the Creator, Master and real Patron of the Universe and Man, He alone is Man’s Ruler, He alone has the right to give Man Faith (Din) and Law (system of belief and practice) and judge the disputes of man and tell what is Truth and what is falsehood. No other being has any right whatever to be man’s lawgiver. In other words, like the natural sovereignty, the sovereignty with regard to lawmaking also is vested only in Allah. No man or creature, apart from Allah, can be the bearer of this sovereignty. And if a person does not recognize and accept this Divine rule of Allah, it is merely futile for him to recognize the natural sovereignty of Allah.
On this very basis has Allah ordained a Din (True Religion) for Man from the very beginning. It was one and the same Religion that was vouchsafed in every age to all the Prophets. No Prophet ever founded any separate religion of his own. The same one Religion has been enjoined by Allah for all Mankind since the beginning of creation, and all the Prophets have been following it and inviting others to follow it.
This Religion and Creed was not sent so that man may rest content only with believing in it, but it was sent with the purpose and intention that it alone should be introduced, established and enforced in the world, and no man made religion be made to prevail in Allah’s earth apart from His Religion. The Prophets had not been appointed only to preach this Religion but to establish it particularly in the world.
This same was the original Religion of mankind, but after the death of the Prophets, selfish people created new creeds by creating schisms for vested interests due to self conceit, vanity and ostentation. All the different religions and creeds found in the world today have resulted from corruption of the original Divine Truth.
Now, the Holy Prophet Muhammad (upon whom be Allah’s peace,) has been sent so that he may present before the people the same and original Religion in place of the various practices and artificial creeds and man made religions, and may try to establish the same. On this, if instead of being grateful, you feel angry and come out to fight him, it is your folly; the Prophet will not abandon his mission only because of your foolishness. He has been enjoined to adhere to his faith at all costs and to carry out the mission to which he has been appointed. Therefore, the people should not cherish any false hope that in order to please thee he would cater to the same whims and superstitions of ignorance which has corrupted Allah’s Religion before.
You do not understand how great an impudence it is against Allah to adopt a man made religion and law instead of the Religion and Law enjoined by Allah. You think it is an ordinary thing and there is nothing wrong with it. But in the sight of Allah it is the worst kind of shirk and a grave crime whose punishment will be imposed on all those who enforced their own religion on Allah’s earth and those who adopted and followed their religion.
Thus, after presenting a clear and visible concept of Religion it is said:”The best possible method that could be employed for your instruction and for bringing you to the Right Path has already been employed. On the one hand, Allah has sent down His Book, which is teaching you the truth in a most impressive way in your own language; and on the other, the lives of the Holy Prophet Muhammad (upon whom be Allah’s peace) and his Companions are present before you by which you can see for yourselves what kind of men are prepared by the guidance given in this Book. Even then if you do not accept this guidance, nothing else in the world can bring you to the Right Path. The only alternative, therefore, is that you should be allowed to persist in the same error in which you have remained involved for centuries, and made to meet with the same doom which has been destined by Allah for such wrongdoers.”
While stating these truths, brief arguments have been given, here and there, for Tauhid and the Hereafter, the world worshipers have been warned of the evil consequences and their punishment in the life hereafter, and the disbelievers have been criticized for the moral weaknesses, which were the real cause of their deviation from the truth. The Surah has been concluded with two important themes.
First, that the Holy Prophet was wholly unaware of this concept of the “Book” or the True Faith during the first forty years of his life and then his sudden appearance before the people with those two things, is a manifest proof of his being a Prophet.
Secondly, his presenting his own teaching as the teaching of God does not mean that he claims to have spoken to God, face to face, but God has conveyed to him this Guidance, as in the case of all other Prophets, in three ways: He speaks to His Prophets either through Revelation, or from behind a veil, or He sends an angel with the message. This thing was clarified so that the opponents did not have an opportunity of accusing the Holy Prophet of claiming to have spoken to God, face to face, and the lovers of the truth should know by what methods Allah gave instruction to the man whom He had appointed to the mission of Prophethood.