Quran Terjemahan Kemenag RI
waż-żāriyāti żarwā
Demi (angin) yang menerbangkan debu,
fal-ḥāmilāti wiqrā
dan awan yang mengandung (hujan),
fal-jāriyāti yusrā
dan (kapal-kapal) yang berlayar dengan mudah,
fal-muqassimāti amrā
dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan,
innamā tụ’adụna laṣādiq
sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar,
wa innad-dīna lawāqi’
dan sungguh, (hari) pembalasan pasti terjadi.
was-samā`i żātil-ḥubuk
Demi langit yang mempunyai jalan-jalan,
innakum lafī qaulim mukhtalif
sungguh, kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat,
yu`faku ‘an-hu man ufik
dipalingkan darinya (Alquran dan Rasul) orang yang dipalingkan.
qutilal-kharrāṣụn
Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta,
allażīna hum fī gamratin sāhụn
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan dan kelalaian,
yas`alụna ayyāna yaumud-dīn
mereka bertanya, “Kapankah hari pembalasan itu?”
yauma hum ‘alan-nāri yuftanụn
(Hari pembalasan itu ialah) pada hari (ketika) mereka diazab di dalam api neraka.
żụqụ fitnatakum, hāżallażī kuntum bihī tasta’jilụn
(Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.”
innal-muttaqīna fī jannātiw wa ‘uyụn
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air,
ākhiżīna mā ātāhum rabbuhum, innahum kānụ qabla żālika muḥsinīn
mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik;
kānụ qalīlam minal-laili mā yahja’ụn
mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam;
wa bil-as-ḥāri hum yastagfirụn
dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).
wa fī amwālihim ḥaqqul lis-sā`ili wal-maḥrụm
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.
wa fil-arḍi āyātul lil-mụqinīn
Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin,
wa fī anfusikum, a fa lā tubṣirụn
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
wa fis-samā`i rizqukum wa mā tụ’adụn
Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.
fa wa rabbis-samā`i wal-arḍi innahụ laḥaqqum miṡla mā annakum tanṭiqụn
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan.
hal atāka ḥadīṡu ḍaifi ibrāhīmal-mukramīn
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?
iż dakhalụ ‘alaihi fa qālụ salāmā, qāla salām, qaumum mungkarụn
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, “Salāman (salam)”, Ibrahim menjawab, “Salāmun (salam)”. (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenalnya.
fa rāga ilā ahlihī fa jā`a bi’ijlin samīn
Maka diam-diam dia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar),
fa qarrabahū ilaihim, qāla alā ta`kulụn
lalu dihidangkannya kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata, “Mengapa tidak kamu makan.”
fa aujasa min-hum khīfah, qālụ lā takhaf, wa basysyarụhu bigulāmin ‘alīm
Maka dia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut,” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).
fa aqbalatimra`atuhụ fī ṣarratin fa ṣakkat waj-hahā wa qālat ‘ajụzun ‘aqīm
Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk wajahnya sendiri seraya bekata, “(Aku ini) seorang perempuan tua yang mandul.”
qālụ każāliki qāla rabbuk, innahụ huwal-ḥakīmul-‘alīm
Mereka berkata, “Demikianlah Tuhanmu berfirman. Sungguh, Dialah Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui.”
qāla fa mā khaṭbukum ayyuhal-mursalụn
Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan?”
qālū innā ursilnā ilā qaumim mujrimīn
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luṭ),
linursila ‘alaihim ḥijāratam min ṭīn
agar kami menimpa mereka dengan batu-batu dari tanah (yang keras),
musawwamatan ‘inda rabbika lil-musrifīn
yang ditandai dari Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.”
fa akhrajnā mang kāna fīhā minal-mu`minīn
Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya (negeri kaum Luṭ).
fa mā wajadnā fīhā gaira baitim minal-muslimīn
Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali satu rumah dari orang-orang muslim (Luṭ).
wa taraknā fīhā āyatal lillażīna yakhāfụnal-‘ażābal-alīm
Dan Kami tinggalkan padanya (negeri itu) suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih.
wa fī mụsā iż arsalnāhu ilā fir’auna bisulṭānim mubīn
Dan pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir’aun dengan membawa mukjizat yang nyata.
fa tawallā biruknihī wa qāla sāḥirun au majnụn
Tetapi dia (Fir’aun) bersama bala tentaranya berpaling dan berkata, “Dia adalah seorang pesihir atau orang gila.”
fa akhażnāhu wa junụdahụ fa nabażnāhum fil-yammi wa huwa mulīm
Maka Kami siksa dia beserta bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, dalam keadaan tercela.
wa fī ‘ādin iż arsalnā ‘alaihimur-rīḥal-‘aqīm
Dan (juga) pada (kisah kaum) ‘Ād, ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan,
mā tażaru min syai`in atat ‘alaihi illā ja’alat-hu kar-ramīm
(angin itu) tidak membiarkan suatu apa pun yang dilandanya, bahkan dijadikannya seperti serbuk.
wa fī ṡamụda iż qīla lahum tamatta’ụ ḥattā ḥīn
Dan pada (kisah kaum) Samud, ketika dikatakan kepada mereka, “Bersenang-senanglah kamu sampai waktu yang ditentukan.”
fa ‘atau ‘an amri rabbihim fa akhażat-humuṣ-ṣā’iqatu wa hum yanẓurụn
Lalu mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, maka mereka disambar petir sedang mereka melihatnya.
fa mastaṭā’ụ ming qiyāmiw wa mā kānụ muntaṣirīn
Maka mereka tidak mampu bangun dan juga tidak mendapat pertolongan,
wa qauma nụḥim ming qabl, innahum kānụ qauman fāsiqīn
dan sebelum itu (telah Kami binasakan) kaum Nuh. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.
was-samā`a banaināhā bi`aidiw wa innā lamụsi’ụn
Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.
wal-arḍa farasynāhā fa ni’mal-māhidụn
Dan bumi telah Kami hamparkan; maka (Kami) sebaik-baik yang menghamparkan.
wa ming kulli syai`in khalaqnā zaujaini la’allakum tażakkarụn
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).
fa firrū ilallāh, innī lakum min-hu nażīrum mubīn
Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.
wa lā taj’alụ ma’allāhi ilāhan ākhar, innī lakum min-hu nażīrum mubīn
Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain selain Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.
każālika mā atallażīna ming qablihim mir rasụlin illā qālụ sāḥirun au majnụn
Demikianlah setiap kali seorang rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, mereka (kaumnya) pasti mengatakan, “Dia itu pesihir atau orang gila.”
a tawāṣau bih, bal hum qaumun ṭāgụn
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.
fa tawalla ‘an-hum fa mā anta bimalụm
Maka berpalinglah engkau dari mereka, dan engkau sama sekali tidak tercela.
wa żakkir fa innaż-żikrā tanfa’ul-mu`minīn
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.
wa mā khalaqtul-jinna wal-insa illā liya’budụn
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
mā urīdu min-hum mir rizqiw wa mā urīdu ay yuṭ’imụn
Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.
innallāha huwar-razzāqu żul-quwwatil-matīn
Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
fa inna lillażīna ẓalamụ żanụbam miṡla żanụbi aṣ-ḥābihim fa lā yasta’jilụn
Maka sungguh, untuk orang-orang yang zalim ada bagian (azab) seperti bagian teman-teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku untuk menyegerakannya.
fa wailul lillażīna kafarụ miy yaumihimullażī yụ’adụn
Maka celakalah orang-orang yang kafir pada hari yang telah dijanjikan kepada mereka (hari Kiamat).
It is derived from the very first word wadh-dhariyat, which implies that it is a Surah which begins with the word adh-dhariyat.
The subject matter and the style clearly show that it was sent down in the period when although the Holy Prophet’s invitation was being resisted and opposed with denial and ridicule and false accusations stubbornly, persecution had not yet started. Therefore, this Surah also seems to have been revealed in the same period in which the Surah Qaf was revealed.
The Surah mostly deals with the Hereafter, and in the end it presents the invitation to Tauhid. In addition, the people have also been warned that refusal to accept the message of the Prophets and persistence in the concepts and creeds of ignorance have proved to be disastrous for those nations themselves which have adopted this attitude and way of life in the past.
About the Hereafter what this Surah presents in short but pithy sentences is this: The people’s different and conflicting beliefs about the end of human life are themselves an express proof that none of these beliefs and creeds is based on knowledge; everyone by himself has formed an ideology on the basis of conjecture and made the same his creed. Someone thought that there would be no life-after-death; someone believed in the life- after-death, but in the form of the transmigration of souls someone believed in the life hereafter and the meting out of the rewards and punishments but invented different sorts of props and supports to escape retribution. About a question of such vital and fundamental importance a wrong view of which renders man’s whole life-work wrong and waste and ruins his future for ever, it would be a disastrous folly to build an ideology only on the basis of speculation and conjecture, without knowledge. It would mean that man should remain involved in a grave
misunderstanding, pass his whole life in the heedlessness of error, and after death should suddenly meet with a situation for which he had made no preparation at all. There is only one way of forming the right opinion about such a question, and it is this: Man should seriously ponder over the knowledge about the Hereafter that the Prophet of Allah is conveying to him from Him, and should study carefully the system of the earth and heavens and his own existence: and should see whether the evidence of that knowledge’s being sound and correct is afforded by everything around him or not. In this regard, the arrangement of the wind and rain, the structure of the earth and the creatures found on it, man’s own self, the creation of the heavens and of everything in the world in the form of pairs have been presented as evidence of the Hereafter, and instances have been cited from human history to show that the temper of the empire of the Universe requires that the law of retribution must
operate here.
After this, giving the invitation to Tauhid briefly, it has been said : “Your Creator has not created you for the service of others but for His own service. He is not like your false gods, which receive sustenance from you and godhead of which cannot function without your help, but He is a God Who is the Sustainer of all, Who does not stand in need of sustenance from anyone and Whose Godhead is functioning by His own power and might.
In this very connection, it has also been stated that whenever the Prophets of Allah have been opposed and resisted, they have not been opposed and resisted on the basis of any rational ground but on the basis of the same obduracy and stubbornness and false pride that is being shown against the Prophet Muhammad (peace and blessings of Allah be upon him), and there is no other motive for it than rebellion and arrogance. Then the Holy Prophet has been instructed not to bother about the rebels but to go on performing his mission of invitation and admonition, for it is useful and beneficial for the believers although it may not be so for the other people. As for the wicked people who still persist in their rebellion, they should know that their predecessors who followed the same way of life, have already received their shares of the punishment, and these people’s share of the punishment has been made ready for them.