Quran Terjemahan Kemenag RI
tabārakallażī biyadihil-mulku wa huwa ‘alā kulli syai`ing qadīr
Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
allażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā, wa huwal-‘azīzul-gafụr
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.
allażī khalaqa sab’a samāwātin ṭibāqā, mā tarā fī khalqir-raḥmāni min tafāwut, farji’il-baṣara hal tarā min fuṭụr
Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?
ṡummarji’il-baṣara karrataini yangqalib ilaikal-baṣaru khāsi`aw wa huwa ḥasīr
Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.
wa laqad zayyannas-samā`ad-dun-yā bimaṣābīḥa wa ja’alnāhā rujụmal lisy-syayāṭīni wa a’tadnā lahum ‘ażābas-sa’īr
Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala.
wa lillażīna kafarụ birabbihim ‘ażābu jahannam, wa bi`sal-maṣīr
Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan mendapat azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
iżā ulqụ fīhā sami’ụ lahā syahīqaw wa hiya tafụr
Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu membara,
takādu tamayyazu minal-gaīẓ, kullamā ulqiya fīhā faujun sa`alahum khazanatuhā a lam ya`tikum nażīr
hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?”
qālụ balā qad jā`anā nażīrun fa każżabnā wa qulnā mā nazzalallāhu min syai`in in antum illā fī ḍalāling kabīr
Mereka menjawab, “Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar.”
wa qālụ lau kunnā nasma’u au na’qilu mā kunnā fī aṣ-ḥābis-sa’īr
Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.”
fa’tarafụ biżambihim, fa suḥqal li`aṣ-ḥābis-sa’īr
Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu.
innallażīna yakhsyauna rabbahum bil-gaibi lahum magfiratuw wa ajrung kabīr
Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
wa asirrụ qaulakum awij-harụ bih, innahụ ‘alīmum biżātiṣ-ṣudụr
Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
alā ya’lamu man khalaq, wa huwal-laṭīful-khabīr
Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.
huwallażī ja’ala lakumul-arḍa żalụlan famsyụ fī manākibihā wa kulụ mir rizqih, wa ilaihin-nusyụr
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
a amintum man fis-samā`i ay yakhsifa bikumul-arḍa fa iżā hiya tamụr
Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?
am amintum man fis-samā`i ay yursila ‘alaikum ḥāṣibā, fa sata’lamụna kaifa nażīr
atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.
wa laqad każżaballażīna ming qablihim fa kaifa kāna nakīr
Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku!
a wa lam yarau ilaṭ-ṭairi fauqahum ṣāffātiw wa yaqbiḍn, mā yumsikuhunna illar-raḥmān, innahụ bikulli syai`im baṣīr
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu.
am man hāżallażī huwa jundul lakum yanṣurukum min dụnir-raḥmān, inil-kāfirụna illā fī gurụr
Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu.
am man hāżallażī yarzuqukum in amsaka rizqah, bal lajjụ fī ‘utuwwiw wa nufụr
Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).
a fa might yamsyī mukibban ‘alā waj-hihī ahdā am might yamsyī sawiyyan ‘alā ṣirāṭim mustaqīm
Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
qul huwallażī ansya`akum wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abṣāra wal-af`idah, qalīlam mā tasykurụn
Katakanlah, “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.
qul huwallażī żara`akum fil-arḍi wa ilaihi tuḥsyarụn
Katakanlah, “Dialah yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.”
wa yaqụlụna matā hāżal-wa’du ing kuntum ṣādiqīn
Dan mereka berkata, “Kapan (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?”
qul innamal-‘ilmu ‘indallāhi wa innamā ana nażīrum mubīn
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.”
fa lammā ra`auhu zulfatan sī`at wujụhullażīna kafarụ wa qīla hāżallażī kuntum bihī tadda’ụn
Maka ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), “Inilah (azab) yang dahulu kamu memintanya.”
qul ara`aitum in ahlakaniyallāhu wa mam ma’iya au raḥimanā fa might yujīrul-kāfirīna min ‘ażābin alīm
Katakanlah (Muhammad), “Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?”
qul huwar-raḥmānu āmannā bihī wa ‘alaihi tawakkalnā, fa sata’lamụna man huwa fī ḍalālim mubīn
Katakanlah, “Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”
qul ara`aitum in aṣbaḥa mā`ukum gauran fa might ya`tīkum bimā`im ma’īn
Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”
The Surah takes its name al-Mulk from the very first sentence.
It could not be known from any authentic tradition when this Surah was revealed, but the subject matter and the style indicate that it is one of the earliest Surahs to be revealed at Makkah.
In this surah, on the one hand, the teachings of Islam have been introduced briefly, and, on the other, the people living in heedlessness have been aroused from their slumber in a most effective way. A characteristic of the earliest surahs of the Makkan period is that they present the entire teachings of Islam and the object of the Holy Prophet’s mission, not in detail, but briefly, so that they are assimilated by the people easily. Moreover, they are particularly directed to make the people shun heedlessness, to make them think, and to arouse their dormant conscience.
In the first five verses man has been made to realize that the universe in which he lives is a most well organized and fortified Kingdom in which he cannot detect any fault, any weakness or flaw, how ever hard he may try to probe. This Kingdom has been brought from nothing into existence by Allah Almighty Himself and All the powers of controlling, administering and ruling it are also entirely in Allah’s hand and His power is infinite. Besides, man has also been told that in this wise system he has not been created without a purpose, but he has been sent here for a test and in this test he can succeed only by his righteous deeds and conduct.
In vv. 6-11, dreadful consequences of disbelief which will appear in the Hereafter have been mentioned, and the people told that Allah, by sending His Prophets, has warned them of these consequences in this very world, as if to say “Now, if you do not believe in what the Prophets say and correct your attitude and behavior accordingly, in the Hereafter you will yourself have to admit that you really deserved the punishment that was being meted out to you.”
In vv. 12-15, the truth that has been impressed on the minds is that the Creator cannot be unaware of His creation, as if to say: “He is aware of each open and hidden secret of yours, even of the innermost ideas of your hearts. Hence, the right basis of morality is that man should avoid evil, fearing the accountability of the unseen God, whether in the world there is a power to take him to task for this or not, and whether in the world there is a possibility of being harmed by such a power or not. Those who adopt such a conduct in the world alone will deserve forgiveness and a rich reward in the Hereafter.”
In vv. 15-23, making allusions, one after the other to those common truths of daily occurrence, which man does not regard as worthy of much attention, he has been invited to consider them seriously. It has been said: “Look: the earth on which you move about with full satisfaction and peace of mind, and from which you obtain your sustenance has been subdued for you by Allah; otherwise this earth might at any time start shaking suddenly so as to cause your destruction, or a typhoon might occur, which may annihilate you completely. Look at the birds that fly above you; it is only Allah Who is sustaining them in the air. Look at your own means and resources: if Allah wills to inflict you with a scourge, none can save you from it; and if Allah wills to close the doors of sustenance on you, none can open them for you. These things are there to make you aware of the truth, but you see them like animals, which are unable to draw conclusions from observations, and you do not use your
sight, hearing and minds which Allah has bestowed on you as men; that is why you do not see the right way.”
In vv. 24-27, it has been said: “You have ultimately to appear before your God in any case. It is not for the Prophet to tell you the exact time and date of the event. His only duty is to warn you beforehand of its inevitable occurrence. Today you do not listen to him and demand that he should cause the event to occur and appear prematurely before you; but when it does occur, and you see it with your own eyes, you will then be astounded. Then, it will be said to you “This is the very thing you were calling to be hastened.”
In vv. 28-29 replies have been given to what the disbelievers of Makkah said against the Holy Prophet (upon whom be peace) and his Companions. They cursed the Holy Prophet and prayed for his and the believers destruction. To this it has been said: “Whether those who call you to the right way are destroyed, or shown mercy by Allah, how will their fate change your destiny? You should look after yourselves and consider who would save you if you were overtaken by the scourge of God?You regard those who believe in God and put their trust in Him as the misguided. A time will come when it will become evident as to who was misguided in actual truth.
In conclusion, the people have been asked this question and left to ponder over it “If the water which has come out from the earth at some place in the desert or hill country of Arabia and upon which depends your whole life activity, should sink and vanish underground, who beside Allah can restore to you this life giving water?”